BATTLE OF SQUADRON
Wajah itu teramat melas,
tergeletak seakan tak berdaya, tubuhnya yang lunglai seperti kekurangan gizi,
membuat semakin rapuh gerak badan, matanya melihat namun seakan tak bisa
melihat, bulu-bulu nya yang hitam-putih terurai berserakan, menambah kesan
sengsara pada dirinya. Namanya Rambo, Kucing legenda yang kini pesakitan, dulu
ia kebanggan rakyatnya, panglima dari segala panglima, strateginya yang jitu
selalu bisa membawa pulang banyak sasaran, wawasan akan tempat bergerilya pun
sudah banyak yang ia tau, bisa dibilang Rambo ini seperti ‘Rembo’ yang dari
film barat itu.
Bergelinang air mata
begitu menyayat hati ketika rakyat nya tau bahwa Rambo kini sakit, ia babak
belur saat bergerilya kemarin, ia dikeroyok habis-habisan kala itu, demi melindungi
pasukannya yang saat itu kalah jumlah, kala itu Joni rekan satu tim nya yang
ditugaskan untuk mengcover dirinya yang ingin menyerang ketengah stage,
tib-tiba Joni dihempas lawan dari belakang, membuat Rambo tak berdaya, Joni
tergeletak saat itu juga, rekan satu timnya kini tertekan, membuat lawan
semakin percaya diri menyerang, banyak pasukan yang mati, untung saja saat itu
hujan datang, pertempuran hebat itu pun berhenti. Rambo sudah sekarat, kaki dan
tangannya patah, wajahnya babak belur, sendi-sendinya tergeser, wajahnya
membiru, dan seakan membuatnya sudah tak tersadar lagi.
Kini Rambo masih dalam
masa pemulihan, sudah hampir enam bulan ia tergeletak di ranjang. Sementara
disatu sisi, musuh sudah mengetahui akan keadaan Rambo yang sekarat, mereka
sedang menyiapkan strategi jitu untuk menyerang Istana Catring, perseteruhan
antara Kucing dan Tikus ini memang tidak ada habisnya, dari abad ke abad sampai
silih bergantinya Raja diantara keduanya, permusuhan kedua kubu tak pernah
selesai, seakan dendam dan amarah sudah mendarah daging turun menurun. Kini si
Raja Tikus Paulo sedang sumringah mengetahui bahwa panglima kucing yang di
agung-agungkan itu sedang terkapar, Paulo pun tak mau lengah, ia sudah
menyiapkan strategi untuk menyerang Istana Catring. Panglimannya Jone kini
sedang ‘on fire’ untuk menyerang. Jone sendiri merupakan tikus spesialis
didikan organisasi CSM (Central Secure of Mouse) yang kini sudah melarikan diri
dari sana, ia sudah banyak sekali pengalaman dalam hal penyusupan maupun pengintaian,
ditambah lagi badannya yang kekar dengan sebuah tindik di telinga sebelah kanan
yang ia dapatkan di CSM semakin menambah khas kegagahannya, tindikan itu bukan
main-main, hanya tikus-tikus terpilih ‘specialist’ yang bisa mendapat tindikan
itu.
Istana Catring sedang
dalam keadaan darurat, penjagaan disana disini dilakukan 24 jam untuk
mengantisipasi penyerangan pasukan Tikus, semua unit dari berbagai lini waspada
pada masing masing titik. Detasemen Anti Huru Hara terlihat sedang berdiskusi
untuk mengatur keadaan rakyat agar tidak panik akan hal ini. Semenjak datang
kabar bahwa Pasukan Tikus akan menyerang balik Istana Kucing membuat rakyat
kucing mulai resah, ditambah panglima mereka Rambo sedang dalam masa pemulihan.
Kini Detasemen Anti Huru Hara sementara diketuai oleh Ben, anak satu satunya
dari Rambo, kepiawaiannya dalam mengatur strategi sama halnya dengan Ayahnya, memang
betul kata pepatah ‘buah tak pernah jatuh jauh dari pohonnya”. Ben yang saat
ini baru lulus dari Akademi Senat Kucing Bertaji merupakan andalan dikala
Ayahnya sedang sakit, ia menjadi satu satunya lulusan yang ditugaskan untuk
menyerang para manusia di perumahan Greenvile, ia berhasil membawa banyak
sekali persediaan dalam satu minggu penyerangan. Itulah yang membuatnya kini
bisa dianggap sebagai pengobat rasa ketakutan rakyat Catring untuk melawn para
Tikus.
Musim yang saat ini
sedang pancaroba, kadang cerah dan kadang pula hujan, membuat penyerangan
selalu tertunda, itulah yang dialami para pasukan Istana Mousegear saat ini,
mereka sedang mencari cara untuk menangani hal tersebut, untuk itulah kejelian
Jone selaku panglima para Tikus sangat diperlukan saat ini. “Bagaimana kalau
kita membuat baju anti air?” kata Breck pada saat rapat koordinasi di Istana,
Ide itu dipikirkan matang-matang oleh Jone, memang betul baju anti air
merupakan ide jitu untuk keadaan hujan dikala perjalanan, namun baju ini dapat
menjadi penghambat saat sedang berperang, akan membuat kelincahan kita dalam
menyerang menjadi berkurang. Lalu Jone kembali berpikir, ia teringat perihal
pesan Dr. Keep, ilmuwan saat di markas CSM dulu, saat itu Dr. Keep sedang
melakukan eksperimen bagaimana membuat sayap pelindung anti air, yang tentunya
tanpa mengurangi kegesitan dan kelincahan pemakainya. Dr. Keep pernah bilang
jika kau sewaktu-waktu mau menginginkan alat ini, kau tinggal bilang saja
kepadaku. Langsung saja tanpa basa basi, dan banyak ngomong, Jone langsung
meminta untuk tele conference langsung dengan Dr. Keep. Selang beberapa hari
setelah tele conference antara keduanya, alat sayap pelindung anti air itu
sudah ada di markas Detasemen Mousegear, berkat wawasan dan kepiawainnya kini
Jone memerintahkan untuk memodifikasi sayap pelindung itu agar dapat
terealisasikan, dan juga diperbanyak untuk dikenakan pasukan Tikus saat
berperang, hal ini membuat pasukan Tikus diistirahatkan untuk selama tiga bulan
guna menunggu alat impian Jone dapat terealisasikan.
Hujan yang terus datang
tiba tiba membuat dua perseteruhan kubu ini menjadi menurun, para tikus kini
sedang asyik asyiknya menunggu alat pelindung anti air itu jadi nyata, namun disatu
sisi para Kucing kini dalam ambang kekhawatiran, karena beberapa tanggul danau
dalam Istana jebol akibat hujan deras, ini membuat sebagian wilayah dilanda
genangan banjir, sistem drainase yang buruk juga menjadi salah satu penyebab
musibah ini terjedi. Raja Alexanders segera memerintahkan Detasemen
Penanggulangan Bencana untuk segera mengevakuasi para rakyat kucing menggunakan
helikopter, akibat bencana ini membuat ratusan kucing yang tidak bisa bertahan
mati, karena terlalu banyaknya air, sehingga terserang penyakit diare. Dua
musuh bebuyutan ini memang sama sama punya kelemahan, yaitu takut air. Maka tak
ayal dua kubu ini selalu berperang pada saat musim kemarau, jika dimusim hujan
jarang sekali dua kubu ini berperang. Akibat musibah ini rakyat kucing semakin
terpuruk, ditambah kegelisahan yang mengantui jika sewaktu waktu para Tikus
menyerang.
Sisi barat kota yang
paling parah terendam banjir kini sudah mulai surut, para rakyat sudah
diperbolehkan kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan lumpur dari
sisa banjir. Ben kini sedang dirumah untuk merawat ayahnya Rambo, ia sudah
pulih namun belum dalam keadaan fit. Ben memang satu satunya anak Rambo yang
masih setia untuk merawat Ayahnya, saudaranya yang lain Zoya dan Serry sudah
menikah dan sibuk mengurus keluarga. Ben anak terakhir dari tiga bersaudara itu
dan ia satu satunya lelaki, ditambah Ibunya Leyn sudah meninggal saat
melahirkan Ben, ia pun tak pernah tau bagaimana wajah Ibunya itu, ia hanya bisa
melihat dari bingkai foto yang dipajang ditembok berwarna biru dirumahnya,
senyum yang merekah begitu indah, sungguh pandai Ayahnya menikah dengan Ibunya,
sangat serasi. Begitu terlintas dalam pikiran Ben.
***
Langit
yang menguning dan bunga bunga yang mulai merekah menandakan musim hujan
berganti musim semi, semua makhluk menyambut akan hal ini, burung keluar sarang
untuk menyasar mencari rezeki, termasuk para lebah lebah yang kini sedang senang
karena berlimpahnya madu. Namun keceriaan itu tak terasa bagi rakyat kucing,
kini rakyat ketakutan, keadaan kota baru pulih karena banjir kemarin. Para
pasukan yang sedang bersiap untuk menyambut kedatangan tamu perang berusaha
untuk menata fisik dan mentalnya. Dilain pihak pasukan dari Mousegear sedang
bersiap untuk berperang, dikabarkan pasukan Mousegear akan berangkat besok
fajar. Dimalamnya di rapat koordinasi di Istana, Jone sedang berkoar
menyemangati pasukannya untuk membantai seluruh rakyat Catring, Jone seperti
seorang narator ulung saat itu, ‘Buktikan pada dunia bahwa para tikus bisa!
kita bisa mengalahkan para kucing! kita kuat dan lincah! keluarkan semua
semagat membara dalam diri kalian’, kata katanya itu semakin membuat riuh para
tikus, semua berteriak serentak mengatakan “Berjayalah Mousegar!”.
Fajar
akan muncul beberapa saat lagi, masing masing pemimpin regu sedang membagikan
alat sayap pelindung yang menjadi andalan itu. Setiap regu dibagi atas regu
petarung yang bertugas menjadi pintu garda depan untuk menyerang pasukan
kucing, regu petarung mempersenjatai dirinya dengan pedang dan tameng, ditambah
topeng khas dan baju besi serta sayap pelindung dipunggung mereka. Serta di
regu penghancur bertugas untuk mengobrak-abrik jantung kota dan membakar setiap
wilayah vital kota, regu penghancur ini membawa gada ditangan kanan mereka
sambil menunggangi kuda putih khas kerajaan Mousegear yang tangguh.
Dibelakangnya ada regu pemanah sebagai garda terakhir untuk mengcover semua
pasukan, regu ini membawa panahan perak yang merupakan ciri dari pasukan
Mousegar. Semua pasukan kini dalam keadaan siap untuk penyerangan, termasuk
Jone sebagai panglima, Jone sendiri menunggangi kuda, dengan memakai topeng dan
baju besi, serta sebuah gada ditangan kanannya, dan sebilah pedang Bhytcorys
diikat dipinggangnya, pedang ini merupakan pedang legenda para panglima Tikus
yang diturunkan bergilir dari berabad-abad dulu.
Gong
terus dibunyikan sepanjang perjalanan, bendera kerajaan berkibar lantang
dilangit, ditemani awan merah di cakrawala menandakan semangat keberanian telah
mendarah pada pasukan, sambil sesekali riuh berteriak “Berjayalah Mousegear!”
semakin mendendangkan keadaan saat itu.
Mentari
mulai menyombongkan sinarnya, memberikan cahayanya untuk semua makhluk, bagi
rakyat Catring cahaya itu tak terasa baginya di hari itu, cahaya itu seakan
terhalang awan hitam, hanya penghambaan dan harapan yang dapat terjadi pada
saat itu. Sepanjang mata memandang dari jarak sekitar lima ratus meter dari
gerbang istana, terlihat pasukan Mousegear masih mendendangkan gong dan
riaknya, baju besi itu terdengar khas akibat bergesekan dengan lekuk tubuh,
warna merah berpadu dengan abu-abu menambah ciri pasukan Catring. Semakin dekat
dan akan semakin dekat, pasukan Catring sedari tadi sudah bersiap, formasi
bertahan ditata dengan rapih oleh panglima Ben, ia menata pasukannya untuk
terus bertahan mati matian agar tidak kebobol kedalam kota, regu petarung
dipaksa ditempatkan di garda depan, dengan dipersenjatai pedang dan kapak di
pinggang, dibelakangnya regu berbadak membawa pedang dan menunggangi badak,
badak ini merupakan hewan khas yang hanya hidup di kerajaan Catring, dengan dua
buah cula di ujungnya menambah keganasan hewan ini. Dan diregu terakhir ada
regu pelindung, yang dipersejatai dengan panahan, serta sepuluh buah alat
pelempar api. Semua pasukan mengenakan baju besi di sekujur badan, dengan
membawa bendera biru, dengan logo mata kucing bertaji berkibar di setiap sisi
pasukan.
Kini
kedua pasukan saling berhadapan, dari jarak sekitar seratus meter, kedua
panglima bertatapan dengan mata yang membara, rasa amarah dan dendam terlihat
nyata dari kedua pasukan. Dari dalam kota Catring semua rakyat sudah dievakuasi
ke ruang bawah tanah kota, untuk menjaga jika sewaktu-waktu gerbang depan kota
terbobol. Dengan satu hentakan dari sang panglima, “Seraangg!!!” berduyun duyun
pasukan Mousegear berlari menyerang, menghunus pedang dan gada diayunkan
menandakan semangat mereka untuk menghabisi lawan. Dengan aba-aba panglima Ben
“Seraaangg!!!” pasukan Catring menyerang dengan semangat yang membara pula.
Semua berkumul dalam satu titik, para petarung saling membunuh lawan-lawannya,
pasukan Mousegear yang sedari awal sudah membuat taktik menyerang “keroyokan”
dibuktikan pada saat itu, dikala sedang satu lawan satu, ketika satu dari
mereka tertekan, pasukan dibelakangnya membantu, dan membuat si Kucing
dikeroyok. Pasukan kucing kini tertekan para petarungnya terus tertekan, regu
berbadak diturunkan untuk menyerang. Disisi lawan regu berkuda mereka juga
diturunkan, petarung yang masih ada ikut naik ke kuda untuk membantu menyerang.
Para tikus dikit lagi sampai ke depan pintu gerbang. Disaat para pasukan
berkuda dan berbadak sedang bertarung, dari belakang regu pemanah dari
Mousegear terus mengarahkan sasarannya ke atas palang pintu gerbang regu
pelindung Catring. regu badak yang sebenarnya diunggulkan, hingga mampu menahan
serangan dari regu kuda namun karena banyaknya regu kuda membuat regu badak
tertekan, peperangan ini semakin sengit, terlihat panglima mereka mulai saling
bertarung satu lawan satu, Ben dengan mata yang tajam serta dengan cakar
terasah mulai memberikan serangannya, dengan pedang Stylechrome di tangan
pemberian Ayahnya, mereka saling beradu pedang dengan ganasnya. Jone yang
mengandalkan kelincahannya kini mulai tertekan, karena Ben mempunyai teknik
beradu pedang yang apik, ia adalah anak Rambo, sudah pasti ia diturunkan
kemamapuannya oleh Ayahnya. Dengan serangan yang terus menerus, Ben kini
menguaasai pertarungan satu lawan satu ini, dengan satu hentakan Ben
menggerakan pedangnya kearah kaki Jone, membuat Jone terjatuh, langsung saja
Ben menghunus pedangnya ke dada Jone, “Bleppp” Jone terkapar. Ben terlihat
gagah saat itu. Namun apalah daya, keguguran Jone tak berarti apa apa bagi Ben,
pasukannya terus tertekan karena kalah jumlah, pasukan berkuda kini sudah
sampai ke depan gerbang Catring, dari dalam gerbang, ada regu terakhir menjaga
gerbang. Keguguran Ben menjadi pelecut amarah kian membara di dada para tikus,
mereka dapat membobol pertahanan Catring, merangsek masuk kedalam kota, semua
pasuka mengobrak abrik setiap gedung dalam kota, hingga dalam sekejab seluruh
kota berhasil dihancurkan oleh pasukan Mousegar, pasukan yang tersisa dari
Catring ditawan, semua persediaan dan harta benda dijarah semua oleh pasukan
Mousegear.
Dari
kejauhan, Ben menangis melihat kotanya dibobol. Dan kini Ben berlari ke titik
pertemuan selanjutnya di bukit Westyseel untuk bertemu dengan rakyat Catring,
para rakyat sudah diarahkan untuk melewati lorong bawah tanah. Raja Alexanders
sangat sedih mengetahui kota nya kini direbut oleh pasukan Mousegear, mereka
sudah sampai sedari tadi di bukit Westyseel sedari tadi, hanya para wanita dan
anak-anak yang diajak evakuasi, karena semua lelaki harus berperang kala itu,
dari semua lelaki yang berusaha mempertahankan kerajaan, hanya Ben lah yang
tersisa. Akhirnya Ben sampai dititik pertemuan, Ben dengan tersengal menangis,
ia merasa tidak beguna tidak mampu mempertahankan kotanya. Lalu ia dipeluk oleh
Ayahnya, “Kau harus semangat Ben! kau sudah berjuang, kau hanya kalah jumlah,
ingat kau sudah berhasil membunuh Jone!” Ben tertegun, namun air matanya masih
saja mengalir. Ben kini dibiarkan beristirahat hingga mampu menata kembali
dirinya.
Sementara
disisi lain, para tikus juga ikut bersedih, mereka kehilangan sosok pemimpin
sekaligus pengatur srategi itu. Didalam istana semua rakyat tikus berkumpul,
mendoakan kepergian sang panglima. “Ia adalah Jone, panglima yang gagah berani
menyerang, Ia adalah Jone sosok yang pandai akan strategi jitu, Ia adalah Jone,
sosok yang akan terus dikenang dan dirindukan rakyat Mousegear” semua rakyat
riuh menahan haru dan tangis kala itu. Dengan satu suara seluruh rakyat
berteriak “Hidup Jone!! Hidup Jone!!”. Dengan semangat kegigihannya serta
membawa banyak harta rampasan, Jone diabadikan dalam nama kota di wilayah timur
kerajaan dengan nama kota “Cityjone”. Kota ini diperuntukkan untuk tempat
berlatih semua pasukan, tujuannya agar para pasukan Mousegear dapat meniru dan
mengikuti jejak kegigihan layaknya panglima Jone.
Setelah
peninggalan Kerajaan Catring dari rakyatnya, kerajaan itu dikuasai sepenuhnya
oleh para pasukan tikus. Bangunan didalamnya hancur berantakan, hanya terlihat
sisa sisa pembakaran yang membekas di setiap dinding, didiamkan begitu saja
tanpa penghuni, hanya beberapa tikus yang bertugas menjaga di setiap sisi
kerajaan.
***
Sepi
rasanya, sendirian tanpa satupun teman. Itulah yang sedang dirasakan Ben, akhir
akhir ini ia hanya termenung dan menyendiri, kadang ia pergi ke sungai hanya
sekedar duduk di bebatuan sungai, dan tentunya sambil termenung kembali.
Keadaan rakyat kucing saat ini sudah lumayan membaik, ia membangun desa nya
kembali di belakang bukit Westyseel. Walaupun hanya rumah sederhana, namun
setidaknya bisa untuk sekedar beristirahat terutama bagi anak-anak kucing.
Sungai Westyseel yang jernih dengan arusnya yang tenang membuat siapapun terlarut
didalamnya. Ben masih saja terdiam dan hanya sesekali melempar kerikil ke
sungai, dalam relung hati dan pikirannya, hanyalah ratapan kekalahan saat itu,
ia melihat jelas bagaimana pasukannya dikeroyoki para tikus, lalu ditikam
dengan sadisnya, terinjak injak seperti si mungil yang sedang memohon, saat
gada diayunkan, menyentuh lekuk tubuh siapapun yang menghadang, daging segar
pun terkoyak saat itu juga, membuatnya terus merasakan sakit yang sama pula.
Dari
balik pepohonan bukit, sekilas terlihat kumis tipis diwajahnya, matanya yang
indah memandang dari kejauhan. Setiap kali Ben pergi ke sungai, ia selalu
mengikuti dibelakangnya, tak tau apa maksudnya, dan mungkin ada rasa yang
terpendam dalam bentuk malu pada dirinya. Itulah Resyi, kucing manis yang dari
dulu memendam rasa pada Ben, ia ingin sekali datang menghampirinya lalu duduk
disampingnya, berbincang dengannya, sambil sesekali menghiburnya, menahan gelak
tawa, menghapus sepinya, dan memberi kehidupannya kembali. Namun apalah daya
rasa malu lebih besar dalam dirinya. Terdengar ranting kayu terinjak, membuat
Ben waspada, ia melihat segala sisi dengan mata tajamnya, terlihat seseorang
berlari menjauh kebalik bukit, ia mengejar seseorang itu, namun sudah terlalu
jauh, hanya sehelai selendang merah yang tertinggal di tanah, diciumnya
selendang itu, harum rasanya, membuatnya kini penasaran, siapakah sosok itu,
untuk apa ia datang kesini, apakah ia datang hanya ingin memandangiku dari jauh
tanpa berani untuk mendekati, hatinya terus bertanya-tanya akan hal itu. Lalu
ia kembali ke desa sambil membawa selendang merah itu, selendang itu ia gulung
di tangannya dan selalu ia bawa kemana-mana, tujuannya tentu agar orang yang
punya selendang itu melihatnya.
Pagi
datang menyingsing gelapnya malam, sedari pagi Ben sudah berkelut dengan alat
perkakasnya. Ia diberi tugas oleh Raja untuk membangun rumah kembali bagi para
rakyat kucing. Ben dibantu oleh lima laki-laki kucing kecil, masing masing dari
mereka sudah kehilangan Ayahnya karena gugur di medan perang. Setelah bekerja
dengan para kucing kecil itu Ben selalu sempat mengajarkan dan menanamkan
semangat perjuangan paa bocah kecil itu, agar mereka mampu untuk selalu
mempertahankan rakyat Kerajaan Catring sampai titik darah penghabisan.
BERSAMBUNG
...